Bayangan di cermin

Jam menunjukan 00.17, semua orang dirumah udah tidur, tapi azeela masi duduk di depan kaca kamar nya. Rambutnya berantakan, wajahnya kusam, dan matanya sembab karena habis nangis. Azeela melihat diri dia sendiri.

“Je-lek,” katanya pelan sambil cubit pipinya sendiri.

“Liat aja pori pori gue, bekas jerawat dimana mana.”
ucap azeela.

“Seneng banget ya orang orang itu bisa cantik tanpa usaha. Gue? udah pake skincare, tetep aja ngga berubah ck.”

Disekolah teman temannya azeela yang suka foto bareng, tapi azeela sering banget ngilang pas itu. Bukan karna gamau tapi karna malu. Dia itu takut jadi yang paling ngga pantes di foto itu.

“Kenapa sih gue gini banget?” bisiknya. “Gimna bisa orang suka sama gue kalo gue sendiri aja jijik liat dari gue?”

Tiba tiba azeela merasa aneh, bayangan dikaca seolah hidup, tatapan nya lebih tajam dari biasanya.

Kamu benci aku?” suara itu seperti keluar dari pikirannya sendiri, tapi terasa nyata. Azeela mundur sedikit. “ Ha? apa tadi?”

Kenapa kamu selalu hina aku? aku ini kamu.”

“Gue . . . cuma jujur, emang gue ngga cantik kan?”

Atau . . . kamu terlalu sibuk bandingin aku sama mereka?” azeela terdiam.
 
Apa kamu pernah benar benar liat aku? aku yang bertahan walau sering diremehin. Aku yang bangun tiap hari meski hati remuk, aku yang gapernah nyerah walau terus ngerasa kurang.”

Air matanya terjatuh lagi, tapi kali ini bukan karena benci melainkan karena rasa bersalah.

“Gue cuman pengen diterima . . .”

Terima diri kamu, baru kamu bisa liat betapa berharganya diri kamu, bahkan tanpa validasi siapa siapa.”

“Gue takut . . .”

Wajar, tapi jangan terus nyakitin diri kamu sendiri, kamu butuh kamu.

Azeela hapus air matanya, dia berkaca kali ini dengan pelan, hati hati, seperti baru pertama kali bener bener melihat siapa yang ada disana.

“Makasih . . . udah nunggu gue sadar.”

Dan malam itu untuk pertama kalinya, azeela mematikan lampu kamarnya dan meninggalkan cermin dengan perasaan baru, ia tidak sempurna tapi dia layak.

Besok paginya azeela bangun lebih awal, rasanya aneh buka tiba tiba bahagia , bukan juga percaya diri penuh. Tapi cukup untuk bikin dia berdiri di depan kaca dan tersenyum tipis.

“Masih gue.” bisiknya, “Tapi ngga seburuk yang gue kira.”

Disekolah dikelas rame seperti biasa, teman temannya sibuk foto foto dipojok jendela yang kena cahaya bagus.
Biasany azeela pura pura ke toilet, tapi kali ini dia percaya diri.

“Zell sini dong! kita foto bareng bareng!” seru jaya sambil melambai.

Azeela ragu, lalu dia tersenyum tipis dan dia pergi ke tempat temennya itu dia udah mulai percaya diri.
Azeela berdiri di tengah tengah tersenyum kearah kamera, untuk pertama kalinya dia ngga peduli hasil fotonya seperti apa nanti, yang penting dia ada didalam, bukan sebagai bayangan . . . tapi sebagai dirinya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diantara roti bakar dan hujan

Ga harus tau segalanya hari ini