Cahaya kecil dari Pinggir jalan

 Carlynne aurora velyncia anak gadis yang cantik baik hati lembut pekerja keras, aurora kini sudah kelas XI-ips anak dari gilang kanagara dan zeora catalina, ayahnya bekerja manjadi petani,dan ibunya bekerja menjual kue. Aurora anak satu satunya ibu dan ayahnya sangat menyayangi aurora, dia setiap pulang sekolah pergi membantu orang tua teman nya dicafe sampai larut malam, setiap gajian setengah dari uang gajinya ia beri ke orang tuanya. Hidup mereka jauh dari kata berkecukupan, tapi keluarga itu selalu saling mendukung dan menyayangi.

“Nak, kamu ngga capek kerja terus tiap sore?” tanya Zeora ibunya, suatu sore saat Aurora baru pulang kerja.


“Capek si bu, tapi aku senang bisa bantu seengganya ada uang buat listrik dan belanja mingguan.”


Zeora memeluk aurora “Ibu bangga sama kamu nak, tapi jangan lupa istirahat ya, jangan sampai sakit.”


Aurora mengangguk, lalu masuk ke kamar untuk ganti baju.

dia memang lelah, tapi lebih lelah lagi melihat ayahnya dan ibunya berkutat dengan adonan kue sejak dini hari. Dia ingin sekali mengubah nasib keluarganya.


Sepulang sekolah, Aurora biasanya langsung menuju cafe kecil milik orang tua temannya. Di sana dia bekerja menjadi pelayan sekaligus kasir. Dia melayani pelanggan dengan sopan, membersihkan meja, dan kadang membantu menyiapkan minuman.


“Ra lo gamau ikut nongkrong bareng yang lain abis sekolah?” tanya hazel, teman sekelasnya.


“Aku kerja dulu zel di cafe kak nebula, biar bisa nabung buat kuliah nanti.”


Hazel tercangung “Wihh hebat banget sih lo, gue mah abis pulang sekolah langsung rebahan haha.”


Aurora tertawa kecil. “Rebahan juga perlu kok, tapi aku lagi kejar mimpi, jadi harus tahan dikit.”


Malam itu, saat di cafe kak nebula memujinya “Aurora pelanggan pada suka kamu lho, katanya kamu sopan dan murah senyum.”


“Wah serius kak?” Aurora keliatan salting


“Iya dong, kalo kamu terus begini kakak yakin kamu bisa kerja di tempat yang lebih besar nanti.”


“Makasi kakk, aku cuman pengen bantu orang tua, mereka udah berjuang banyak buat aku.”


Beberapa hari kemudian di sekolah, guru BK nya memanggilnya ke ruangnya.


“Aurora ibu lihat nilai nilaimu bagus dan kamu juga aktif di kegiatan sekolah. Ibu dengar kamu juga bekerja sepulang sekolah?”


Aurora mengangguk pelan “Iya buk di cafe, uangnya buat bantu orang tua.”


“Wah kamu hebat sekali nak, sekolah dapat informasi dari yayasan pendidikan yang ingin memberi beasiswa untuk siswa seperti kamu, Ibu pengen kamu ikut, ya?”


Aurora menatap guru itu dengan mata berkaca kaca 

“Saya. . . . saya boleh buk?” 


“Tentu saja boleh kamu layak aorora, kamu punya semangat dan ketulusan yang luar biasa.”


Di rumah, dia menceritakan hal itu pada ayah dan ibunya.


“Beasiswa?” tanya Gilang ayahnya, sambil menaruh gelas teh. 


“Wahh, Ayah senang banget denger itu ourora”


“Iya yah aku bakal usaha biar keterima, aku pengen kuliah, kerja bagus, dan bikin Ibu sama ayah ngga susah lagi.”


Zeora memeluk anaknya. “Kami ngga pernah merasa susah kalau kamu ada nak. Tapi kalo kamu bahagia,itu hadiah paling besar buat kami.”


Sejak saat itu,aurora makin giat belajar, di cafe pun dia  tetap ramah dan ceria. Pelanggan menyukainya, teman temannya kagum, dan keluarganya makin bangga. Dia tau jalan ke depan tidak mudah, tapi dia percaya satu hal.


Biar kecil langkahnya, asal tidak berhenti, mimpi besar pun bisa dicapai.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diantara roti bakar dan hujan

Ga harus tau segalanya hari ini