Dalam hati yang diam
Disebuah desa kecil yang tenang, sejuk, hiduplah seorang anak laki laki bernama arjuna. Dia dikenal sebagai anak yang baik, sopan, dan gapernah membuat masalah. Tapi satu hal yang membuat dia berbeda, arjuna jarang sekali berbicara tentang apa dia rasakan, dia pendam semuanya, marah, sedih, kecewa, bahkan bahigia sendirian.
Disekolah, Arjuna sering duduk sendiri, bukan karena tidak ada yang mau berteman dengannya, tapi karena dia merasa lebih nyaman sendirian dan diam. Saat teman temannya ketawa, cerita, atau mengeluh tentang tugas, arjuna hanya senyum aja, kalo ada nannya “Kamu kenapa jun?” dia bakal ngejawab “Gapapa”. Padahal didalam hatinya, ada banyak yang ingin dia ucapkan.
Damar duduk dibangku paling pojok dikelas, tangannya menopang dagunya, matanya menatap kosong ke depan papan tulis. Suara suara rame yang terdengar dari teman temannya yang sedang bercanda, tapi arjuna tetap diam.
“Jun, lo udah ngerjain pr bahasa indonesia belum?” Tanya kevin, teman sebangkunya.
Arjuna menoleh, lalh mengangguk pelan. “Udah.”
“Eh boleh liat ngga? gue bingung bagian puisi.” Kevin menyenggol pelan tanganya, “Lo kayanya jago deh nulis nulis itu.” Arjuna tersenyum tipis “Liat aja, tapi jangan contek semuanya.” Kevin ngangguk aja.
Arjuna menggeser bukunya kearah kevin tanpa banyak bicara, dia ga terbiasa jadi pusat perhatian, dalam hatinya senang karna bisa membantu temannya.Ketika bel pualng berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas, hanya arjuna yang masi duduk dibangkunya.
“Lo ngga langsung pulang?” Ucap kevin sambil masukan buku nya ke dalam tasnya.
“Ngga aku mau nulis dulu sebentar.” Ucap arjuna dengan pelan.
Setelah kelas sepi, arjuna buka bukunua halaman paling belakang, dia menulis. “Kalau aku cerita, apa kalian mau dengar? atau hanya akan menertawai seperi biasanya? kalau aku nangis, apa salah? atau tangis hanya untuk yang lemah?
“Arjuna? kamu belum pulang?” Tanya buk rini.
Arjuna buru buru tutup bukunya. “Belum buk, tadi mau nulis sedikit.”
Buk rini ngedekat dan duduk dibangku depan, “Kamu sering banget sendirian ya, Ibu perhatiin kamu pendi sekali.”
Arjuna menunduk. “Saya gasuka ribut, bu.”
“Ibu ngerti tapi kadang gapapa lho cerita sama orang, apalagi kalo kamu lagi ngerasa ngga baik baik aja,”
Arjuan menggigit bibirnya, dia mau bicara, dia mau mengatakan bahwa dia lagi cape. Kalo di rumah pun dia sendiri, tapi lagi lagi hanya ada satu kata yang keluar. “Gapapa buk.”
Bu rini menghela napas.”Kalo kamu butuh seseorang buat dengerin cerita kamu, ibu ada disini,”
Malam itu dirumah yang sepi, arjuna makan sendirian suara sendok beradu dengan piring.
“Ma, pa . . . kapan pulangnya?” Bisiknya, walaupun gatau ada yang akan menjawab.
Hp arjuna tiba tiba bunyi, ternyara chat dari kevin.”Jun, tadi puisi nya keren, lo nulis dari hati banget ya? gue suka.”
Arjuna terdiam, dia memandangi layar hp begitu lama, lalu akhirnya dia menjawab. “Makasih, gue cuma nulis apa yang gue rasa.”
“Kalo lo mau cerita gue dengerin kok jun,” Ucap kevin.
Dan dimalam itu arjuna cerita dengan kevin, “Gue cape dirumah gaada yang peduli sama gue vin. Disekola gue diem karna gatau harus cerita kesiapa, tapi kadang gue pengen banget ada yang dengerin gue vin. Bukan buat dikasi solusi, cuma biar gue ngarasa ngga sendirian.”
“Lo ngga sendiri jun, mulai sekarang cerita aja, gue temen lo.” Ucap kevin.
Dan malam itu, arjuna tiba tiba nangis. Bukan karna lemah, tapu karena akhirnya . . . ada yang mau dengar dia cerita.
Komentar
Posting Komentar