Ga harus tau segalanya hari ini
Haelyn menatap langit sore dari bangku taman sekolah, senja yang mulai memudar diujung cakrawala seolah mencerminkan persaannya yang sedang rancu. Dia masi bingung tentang masa depannya, anak bungsu dari empat bersaudara itu sering merasa tertinggal.
“Kakak kakak gue udah tau mau jadi apa,” pikir haelyn,”Gue? masi gajelas sama sekali.”
Haelyn menghela napas lalu memandang rumput yang mulai mengering dibawahnya, baru saja dia selesai mengikuti pelajaran ekstrakurikuler seni tari, sesuatu yang sebenarnya dia suka, tapi dia belum berani bilang ke siapa pun.
Langkah kaki yang terdengar, ya itu runa teman dekat nya sejak smp, datang sambil membawa dua botol minuman.
“Eh lyn ini buat lo.” katanya sambil tersenyum dan menyodorkan satu botol.
Haelyn tersenyum tipis menerima botol itu, “thanks ya run, gue lagi banyak pikiran pls,”
Runa duduk disebalah haelyn, meletakkan botolnya di tanah, “Kenapa? lo mikirin apa lyn cerita sama gue,”
Haelyn mengusap rambut nya dan gugup,”Gue bingung banget run, kakak kakak gud udah jelas. Gue? gue malah belum tau sama sekali, kadang takut kalo gue ngga jadi apa apa.”
Runa menatap haelyn dengan serius,”Gue juga pernah ngerasa kaya gitu, tapi lo tau ga lyn? kita ngga harus tau semuanya sekarang. hidup ini kaya naik sepeda, kita mulai dengan pelan belajar keseimbangan dulu, nanti pelan pelan kita bisa maju lebih jauh.”
Haelyn menatap runa dengan penuh harapan, “tapi gue takut kalo gue gajelas nantinya, kalo gue gagal . . .”
Runa tersenyum dan meletakkan tangan dipundak haelyn,”Gagal itu bagian proses lyn gue selalu inget kata kata bunda gue ‘kalo runa jatoh jangan takut untuk bangkit lagi.’ lo ngga sendirian gue disini lyn, ada gue buat dengerin keluh kesah lo, kita jalani bareng bareng.”
Hari hari demi hari haelyn mulai mencoba hal hal baru, dia bergabung dengan ekskul tari disekolah meskipun awalnya masih grogi, runa selalu ada di sampingnya, kasih semangat.
Disore hari setelah latihan haelyn duduk di bangku taman sekolah lagi, keringat meluncur dikeningnya.
“Gimana rasanya? seneng?” tanya runa dengan mata berbinar.
Haelyn menggangguk pelan. “Iya gue ngerasa seneng tapi masi takut run, tapi kalo ngga cukup bagus.”
Runa tertawa tipis, “Lo ngga sendirian kok gue juga sering takut, tapi liat deh lo uda berani coba itu hebat banget lho.”
Mereka berdua ketawa, merasakan kehangatan persahabatan yang tak tergantikan.
Dirumah haelyn mencoba bercerita kepada bundanya tentang kebingungannya.
“Bunda, aku masih bingung mau jadi apa nanti.” katanya jujur.
Bunda tersenyum,”Nak, kamu masih muda banyak waktu untuk mencoba dan cari yang penting, kamu terus berusaha dan percaya sama dirimu sendiri.” haelyn mendengar itu senyum.
Beberapa bulan kemudian, haelyn tampil dipanggung sekolah untuk pertunjukan tari. Dibalik tirai, ada runa menepuk pundak nya.
“Lo siap?” tanya runa
Haelyn ngangguk dia tau apa pun yang terjadi, dia tidak sendirian. Lampu panggung menyala dan musik mulai terbunyi dan haelyn menari dengan sepenuh hati, semua sorot mata tertuju padanya. Ketika musik berhenti tepu tangan riuh memenuhi ruangan, haelyn tersenyum lebar bahagia dan bangga.
Dikuris penonton, runa bertepuk tangan paling keras. Setelah acara selesai mereka berdua tertawa dan merayakan keberanian haelyn.
“Lihat? gue bilang lo bisa!” kata runa.
Haelyn menatap sahabatnya penuh rasa berterima kasih, “Gue gabakal sampai sini tanpa lo run.”
Mereka berjalan pulang bersama mengobrol dan bermimpi tentang masa depan yang penuh harapan.
Komentar
Posting Komentar