Dibalik pintu rumah itu
Namaku alea khiara, umurku sekarang lima belas tahun, mungkin kalo kalian liat aku disekola keliatan biasa saja kan. Tapi kalo kalian tanya soal rumah, soal keluarga, aku mungkin bakal diem aja, terus bilang “ribet” padahal di dalem hati aku pengern cerita. Aku anak broken home, waktu aku kelas 5 sd ayah dan mamaku bercerai aku gatau penyebab nya karna apa, tapi mereka berdua gaada perkelahian yang keliatan yang gaada suara piring pecah kaya sinetron gitu, gaada pamit ke aku, dan gaada penjelasan.
Terakhir aku liat ayah dia cuma bawa satu tas, terus bilang ke mama “Aku pergi.” dan ayah disana beneran pergi, gaada pelukan, gaada pamitan ke aku. Setelah kejadian itu rumah jadi sepi banget, mama nangis tiap malam, aku pura pura tidur aku masi kecil, tapi aku tau semua itu berubah. Aku tumbuh dengan satu pertanyaan yang selalu berteriak dalam kepalaku,
“Kenapa ayah ninggalin alea?” beberapa tahun setelah itu, mama membuatku terkejut dengan apa yang ku dengar, mama ingin menikah lagi.
Aku gatau harus gimana, aku rasanya ingin bilang “aku cuma mau ayah, bukan orang lain.” kata kata itu cuma nyangkut di batin ku aja, jadi aku ngangguk dan pura pura happy. Waktu mama nikah dengan pak hasan, aku kira kita bakal tinggal bertiga aja tapi ternyata engga, dia bawa anaknya juga cowo namanya darka umurnya tujuh belas tahun, jadi ya aku punya kaka tiri sejujurnya aku gapernah merasa kami bersaudara. Darka beda banget sama aku, dia anak kesayangan ayah hasan,gapernah dimarahin, gapernah disalahin, bahkan waktu dia punya masalah disekola ketahuan ngerokok, ayah hasan cuman bilang “Namanya juga anak cowo,nakal dikir wajar aja.” abang darka dan ayah hasan membenci keberadaanku.
Waktu itu aku pernah berantem dengan abang darka, dia dorong aku, dan narik rambut aku, aku dorong balik dia, mama coba berhentiin, ayah hasan datang dan langsung main tangan dia . . . dia nampar aku.
“Kurang ajar! kamu berani berani nya ngelawan anak saya!” Ucap dia dengan raut muka marahnya.
Malam itu aku pergi keluar dari rumah, jalan ke warung yang udah tutup, duduk di pinggir jalan, aku tahan nangis ku. Lalu aku gatau kenapa aku nakat aku ambil hp aku, aku cari nomor ayah yang aku simpan. Ternyata ayah angkat telpon ku.
“Halo?” Suara itu bertahun tahun gapernah aku dengar, aku langsung nangis.
“Ayah aku alea, tolong . . . aku gakuat tinggal dirumah itu hiks,” Ayah yang mendengar itu langsung panik, ada apa dengan anak perempuan nya.
“Alea kamu dimana sekarang sayang? tunggu ayah disana, ayah jemput sekarang juga!” Ayah langsung mematikan telpon itu.
Ayah datang juga dimalam itu juga, ayah peluk aku erat banget disitu aku langsung nangis, diperjalanan pulang aku ceritain semuanya ke ayah dari awal, tentang abang darka yang main kasar dengan ku, dan ayah hasan yang menamparku, ibu yang diam aja. Ayah cuman diam disana, raut muka yang ingin marah, dan tangannya mengepal erat di setir mobil.
“Aku gaakan biarkan anak aku tinggal dirumah yang memperlakukannya seperti sampah.” Batin ayah
Pagi itu, ketukan pintu keras terdengar, ibu membuka dan tampak ayah berdiri di depan dengan mata tajam nya.
“Alea ikut ayah sekarang juga.” Ucap ayah dengan tegas.
Pak hasan datang dari ruang tengah, lewat dengan wajah dinginnya. “Kamu ngapain kesini? ini rumah saya!”
“Rumah? dirumah ini, anakku dipukul, dihina, dan yang lebih parah nya lagi ibunya diam aja.” Ucap ayah dengan tajam sambil melihat ibuku.
“Mas, ayo bicara baik baik —“ Ucap ibukku.
“Aku udah dengar semuanya dari alea tadi malam. tamparanmu, hinaan mu, anak kandungmu aja kamu biarkan disakiti?” Ucap ayah ku dengan tegas, dan menatap ayah hasan.
“Kamu ambil anakku seenaknya?” Ucap ayah hasan.
“Alea ayo kita pulang sekarang!” Ucap ayahkku dengan tegas.
Alea melangkah ke ayahnya , dan tidak mau melirik ayah hasan dan darka yang baru aja muncul di depan pintu.
“Dia mau kemana? biarin aja” Ucap darka nyolot
Ayah menatap darka dengan tajam, lalu menggandeng tangan Alea.
“Kamu tidak bisa hina anakku lagi, ayo alea!” Ucapa ayahkku.
Dengan cepat ayah membawa alea keluar dan ibu hanya bisa menunduk, air mata mulai berjatuhan. Ayah hasan dan darka malu, gasanggup membalas saat ayah menutup pintu.
Komentar
Posting Komentar