Postingan

Ga harus tau segalanya hari ini

Haelyn menatap langit sore dari bangku taman sekolah, senja yang mulai memudar diujung cakrawala seolah mencerminkan persaannya yang sedang rancu. Dia masi bingung tentang masa depannya, anak bungsu dari empat bersaudara itu sering merasa tertinggal. “Kakak kakak gue udah tau mau jadi apa,” pikir haelyn,”Gue? masi gajelas sama sekali.” Haelyn menghela napas lalu memandang rumput yang mulai mengering dibawahnya, baru saja dia selesai mengikuti pelajaran ekstrakurikuler seni tari, sesuatu yang sebenarnya dia suka, tapi dia belum berani bilang ke siapa pun. Langkah kaki yang terdengar, ya itu runa teman dekat nya sejak smp, datang sambil membawa dua botol minuman. “Eh lyn ini buat lo.” katanya sambil tersenyum dan menyodorkan satu botol. Haelyn tersenyum tipis menerima botol itu, “thanks ya run, gue lagi banyak pikiran pls,” Runa duduk disebalah haelyn, meletakkan botolnya di tanah, “Kenapa? lo mikirin apa lyn cerita sama gue,” Haelyn mengusap rambut nya dan gugup,”Gue bingung banget run,...

Bayangan di cermin

Jam menunjukan 00.17, semua orang dirumah udah tidur, tapi azeela masi duduk di depan kaca kamar nya. Rambutnya berantakan, wajahnya kusam, dan matanya sembab karena habis nangis. Azeela melihat diri dia sendiri. “Je-lek,” katanya pelan sambil cubit pipinya sendiri. “Liat aja pori pori gue, bekas jerawat dimana mana.” ucap azeela. “Seneng banget ya orang orang itu bisa cantik tanpa usaha. Gue? udah pake skincare, tetep aja ngga berubah ck.” Disekolah teman temannya azeela yang suka foto bareng, tapi azeela sering banget ngilang pas itu. Bukan karna gamau tapi karna malu. Dia itu takut jadi yang paling ngga pantes di foto itu. “Kenapa sih gue gini banget?” bisiknya. “Gimna bisa orang suka sama gue kalo gue sendiri aja jijik liat dari gue?” Tiba tiba azeela merasa aneh, bayangan dikaca seolah hidup, tatapan nya lebih tajam dari biasanya. “ Kamu benci aku? ” suara itu seperti keluar dari pikirannya sendiri, tapi terasa nyata. Azeela mundur sedikit. “ Ha? apa tadi?” “ Kenapa kamu selalu hi...

Dalam hati yang diam

Disebuah desa kecil yang tenang, sejuk, hiduplah seorang anak laki laki bernama arjuna. Dia dikenal sebagai anak yang baik, sopan, dan gapernah membuat masalah. Tapi satu hal yang membuat dia berbeda, arjuna jarang sekali berbicara tentang apa dia rasakan, dia pendam semuanya, marah, sedih, kecewa, bahkan bahigia sendirian. Disekolah, Arjuna sering duduk sendiri, bukan karena tidak ada yang mau berteman dengannya, tapi karena dia merasa lebih nyaman sendirian dan diam. Saat teman temannya ketawa, cerita, atau mengeluh tentang tugas, arjuna hanya senyum aja, kalo ada nannya “Kamu kenapa jun?” dia bakal ngejawab “Gapapa”. Padahal didalam hatinya, ada banyak yang ingin dia ucapkan. Damar duduk dibangku paling pojok dikelas, tangannya menopang dagunya, matanya menatap kosong ke depan papan tulis. Suara suara rame yang terdengar dari teman temannya yang sedang bercanda, tapi arjuna tetap diam. “Jun, lo udah ngerjain pr bahasa indonesia belum?” Tanya kevin, teman sebangkunya. Arjuna menoleh,...

Dibalik pintu rumah itu

  Namaku alea khiara, umurku sekarang lima belas tahun, mungkin kalo kalian liat aku disekola keliatan biasa saja kan. Tapi kalo kalian tanya soal rumah, soal keluarga, aku mungkin bakal diem aja, terus bilang “ribet” padahal di dalem hati aku pengern cerita. Aku anak broken home, waktu aku kelas 5 sd ayah dan mamaku bercerai aku gatau penyebab nya karna apa, tapi mereka berdua gaada perkelahian yang keliatan yang gaada suara piring pecah kaya sinetron gitu, gaada pamit ke aku, dan gaada penjelasan. Terakhir aku liat ayah dia cuma bawa satu tas, terus bilang ke mama “ Aku pergi. ” dan ayah disana beneran pergi, gaada pelukan, gaada pamitan ke aku. Setelah kejadian itu rumah jadi sepi banget, mama nangis tiap malam, aku pura pura tidur aku masi kecil, tapi aku tau semua itu berubah. Aku tumbuh dengan satu pertanyaan yang selalu berteriak dalam kepalaku, “ Kenapa ayah ninggalin alea?”  beberapa tahun setelah itu, mama membuatku terkejut dengan apa yang ku dengar, mama ingin...

Cahaya kecil dari Pinggir jalan

  Carlynne aurora velyncia anak gadis yang cantik baik hati lembut pekerja keras, aurora kini sudah kelas XI-ips anak dari gilang kanagara dan zeora catalina, ayahnya bekerja manjadi petani,dan ibunya bekerja menjual kue. Aurora anak satu satunya ibu dan ayahnya sangat menyayangi aurora, dia setiap pulang sekolah pergi membantu orang tua teman nya dicafe sampai larut malam, setiap gajian setengah dari uang gajinya ia beri ke orang tuanya. Hidup mereka jauh dari kata berkecukupan, tapi keluarga itu selalu saling mendukung dan menyayangi. “Nak, kamu ngga capek kerja terus tiap sore?” tanya Zeora ibunya, suatu sore saat Aurora baru pulang kerja. “Capek si bu, tapi aku senang bisa bantu seengganya ada uang buat listrik dan belanja mingguan.” Zeora memeluk aurora “Ibu bangga sama kamu nak, tapi jangan lupa istirahat ya, jangan sampai sakit.” Aurora mengangguk, lalu masuk ke kamar untuk ganti baju. dia memang lelah, tapi lebih lelah lagi melihat ayahnya dan ibunya berkutat dengan ad...

Empat sahabat dan suara dari toilet sekolah

  Olivia, Calista, Laura, dan Bianca adalah sahabat dekat sejak awal masuk SMA. Mereka dikenal sebagai kelompok yang kompak, ceria, dan peduli pada orang lain. Meskipun keempatnya memiliki kepribadian yang berbeda Olivia yang humoris, Calista yang perhatian, Laura yang agak ceroboh tapi lucu, dan Bianca yang tenang dan bijak. Setiap hari mereka berangkat dan pulang sekolah bersama, dan dalam kebersamaan itu, banyak kejadian yang mempererat persahabatan mereka. Saat perjalanan menuju sekolah, mereka melihat seorang anak kecil jatuh dari sepedanya. Tanpa pikir panjang, mereka langsung berlari menghampiri. “Kenapa bawa sepedanya ngebut ngebut si, dek?” tanya laura dengan lembut. “Aku dikejar anjing kak, makanya jatuh hehe” jawab si adik kecil sambil mengusap lututnya. “Yaampun, lain kali hati hati ya dek, ada yang sakit ngga?” tanya laura khawatir. “Engga kka, makasih ya udah bantuin aku!” ucapnya sambil tersenyum. Setelah memastikan anak itu baik-baik saja, mereka melanjutkan perjala...

Diantara roti bakar dan hujan

Haikal, umur 15 tahun. Kalo kamu tanya, “kal kamu tinggal sama siapa?” jawaban haikal bukan ayah atau bunda. Aku tinggal sama nenek. Rumah kecil, dindingnya mulai rapuh, tapi hangat karena nenek selalu masak makanan enak dan menyapaku setiap pagi dengan senyum. S ejak haikal kelas 4 SD, ayah dan bundannya tidak lagi tinggal serumah. Awalnya mereka hanya bertengkar biasa aja. Tapi lama kelamaan, pertengkaran mereka berubah jadi teriakan. Aku sering pura pura tidur ketika mereka berdebat di ruang tengah, padahal hatiku berdebar kencang takut.  Suatu pagi, bunda haikal mengemasi barangnya. Bunda cium keningku cepat cepat, lalu pergi. Ayah bilang, “Bunda kamu butuh waktu sendiri.” Tapi waktu itu haikal belum terlalu mengerti. Haikal kira “Sendiri” itu hanya sehari. Ternyata selamanya. Hari ini, hujan turun dari pagi hingga sore. Haikal duduk di bawah jendela, memeluk mainan mobilannya dan mendengarkan suara tetes air yang jatuh di atap seng. Ada aroma tanah basah, dan entah kenapa arom...